BRUNOTHEBANDIT.COM – Ibu Ditandu Pandeglang Lahiran di Tengah Jalan Rusak! Ketika jalan mulus jadi harapan yang tak kunjung datang, warga Pandeglang malah harus berhadapan dengan kenyataan getir. Seorang ibu hamil, yang seharusnya dibawa ke puskesmas, justru harus ditandu oleh warga karena jalan rusak parah. Akibatnya, proses kelahiran pun terjadi bukan di ruang bersalin, tapi di tengah medan berlumpur yang lebih mirip trek off-road ketimbang akses warga.
Kisah ini bukan sekadar potret kesulitan, tapi juga tamparan keras untuk mereka yang sering janji soal infrastruktur namun hilang saat dibutuhkan. Di saat hidup dipertaruhkan, warga tak bisa menunggu. Maka, tandu dari kayu dan kain seadanya jadi penyelamat, meski dengan segala risiko di dalamnya.
Jalan Bukan Sekadar Aspal, Tapi Nyawa
Di banyak tempat, jalan yang bagus dianggap hal biasa. Tapi di sebagian daerah seperti Pandeglang, akses mulus masih jadi mimpi panjang. Ketika hujan datang, kondisi makin parah. Lumpur menutup jalur, dan kendaraan bermotor pun menyerah. Yang tersisa? Kekuatan warga dan gotong royong.
Ibu tersebut, dalam kondisi kontraksi hebat, tetap harus ditandu sejauh beberapa kilometer. Sementara warga berusaha sebisa mungkin, waktu berkata lain. Bayi pun lahir sebelum sempat tiba di fasilitas kesehatan. Kejadian ini sempat terekam dan viral di media sosial, membuat banyak orang terhenyak.
Ironisnya, kejadian ini bukan yang pertama. Sudah sering warga mengeluhkan kondisi jalan, tapi tanggapan selalu datang terlambat. Bila bukan karena kekompakan masyarakat, nyawa bisa saja melayang hanya karena jalan tak kunjung diperbaiki.
Bukan Cerita Baru, Tapi Luka Lama yang Diulang
Kasus seperti ini seolah jadi cerita yang terus berulang. Setiap musim hujan datang, akses ke desa-desa terpencil makin sulit. Apalagi jika kehamilan sudah masuk masa kritis, waktu menjadi musuh yang tak bisa ditunda. Dalam situasi seperti itu, transportasi seadanya jadi penyelamat.
Satu hal yang membuat miris adalah kenyataan bahwa laporan soal kondisi jalan sudah disampaikan berkali-kali. Warga tak tinggal diam. Tapi jika laporan tak ditindaklanjuti, mereka hanya bisa bertahan dengan cara sendiri.
Banyak desa di Pandeglang yang seolah masih berada di luar radar pembangunan. Padahal, akses jalan bukan cuma soal ekonomi, tapi soal keselamatan, termasuk ibu dan anak yang ingin melahirkan dengan selamat.
Reaksi Publik Marah, Sedih, dan Bingung
Kabar ini langsung ramai di media sosial. Banyak netizen yang menyuarakan kemarahan. Beberapa mempertanyakan ke mana anggaran daerah, yang seharusnya bisa mengubah jalan rusak menjadi akses layak. Sebagian lainnya membandingkan dengan pembangunan yang dianggap tak prioritas, sementara kebutuhan dasar seperti jalan justru diabaikan.
Ada pula yang memuji keberanian warga. Mereka tidak menyerah, walau kondisi jalan seperti jebakan lumpur. Tandu sederhana yang dipakai menjadi bukti nyata bagaimana masyarakat selalu jadi penolong pertama saat negara lambat bergerak.
Namun, di balik semua itu, yang paling menonjol adalah rasa prihatin. Di era yang katanya sudah serba digital dan maju, masih ada warga yang harus menempuh jalan rusak hanya untuk membawa ibu hamil melahirkan. Sebuah realita yang seharusnya tak lagi terjadi.
Kesimpulan
Kisah ibu yang ditandu hingga melahirkan di jalan rusak Pandeglang bukan sekadar berita viral. Ini cermin dari luka infrastruktur yang belum juga sembuh. Ketika pemerintah lambat bertindak, warga tak bisa hanya duduk menunggu. Mereka bergerak, walau dengan segala keterbatasan. Namun, sampai kapan kondisi ini harus terus terjadi?
Sudah saatnya pembangunan tak hanya sekadar janji kampanye. Jalan bukan sekadar urusan aspal, tapi menyangkut nyawa, harga diri, dan harapan masyarakat kecil. Jangan tunggu kisah serupa terjadi lagi, karena nyawa manusia tak bisa diganti hanya dengan ucapan maaf atau janji baru yang belum tentu ditepati.