BRUNOTHEBANDIT.COM – Jakarta Posisi Dua Judol, Pramono Serukan Sapu Bersih! Begitu data terbaru muncul, satu fakta bikin dahi berkerut: Jakarta duduk manis di posisi dua besar wilayah dengan aktivitas judi online (judol) terbanyak di Indonesia. Mirisnya, kota dengan pusat pemerintahan dan segala kontrol ketat ini justru jadi ladang subur judol. Tak heran, Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Pramono Anung, langsung angkat bicara. Seruannya? Sapu bersih tanpa sisa! Nah, yuk kita kulik kenapa Jakarta bisa terjerumus dan bagaimana Pramono ingin membersihkannya sampai tuntas.
Jakarta Terjerat Lintasan Judol
Jakarta, dengan segala modernitas dan kemudahan akses internet, ternyata jadi sarang aktif para pelaku judol. Aktivitas yang mestinya bisa dibatasi teknologi, malah leluasa berkembang lewat berbagai platform ilegal. Ditambah lagi, pola hidup serba instan dan keinginan cepat cuan, bikin masyarakat gampang tergoda.
Namun, itu bukan alasan untuk tutup mata. Pramono menilai, Jakarta harusnya jadi contoh, bukan malah ikut larut. Apalagi, dampak dari aktivitas ini nggak main-main. Banyak keluarga porak-poranda, ekonomi lumpuh, dan generasi muda bisa tergelincir dalam lingkaran destruktif. Karena itu, Jakarta perlu diselamatkan, bukan dibenamkan.
Seruan Keras dari Pramono: Tak Ada Kata Ampun
Melihat kondisi ini, Pramono Anung nggak bisa tinggal diam. Ia menegaskan bahwa gerakan bersih-bersih judol tak boleh nanggung. Harus menyasar hingga ke akar. Mulai dari pemain, bandar, hingga jaringan penyedia sistem semua harus ditertibkan.
Menurutnya, penegakan hukum juga perlu digiring agar tidak tebang pilih. Jangan sampai hanya pengepul kecil yang ditindak, sementara otak di balik sistem tetap bebas berkeliaran. Ini bukan cuma soal menangkap pelaku, tapi juga mengembalikan ketertiban sosial. Dan yang lebih penting, kata Pramono, adalah edukasi yang menyentuh masyarakat agar tak mudah terperangkap janji manis cuan instan.
Tak hanya seruan, Pramono juga mendorong agar ada sinergi total dari pihak berwenang, termasuk aparat hukum, pemerintah daerah, hingga komunitas digital. Jika semua pihak solid, niscaya ruang gerak pelaku judol bisa dipersempit habis-habisan.
Ketika Judi Online Menggerogoti Kota
Satu hal yang bikin kasus ini makin runyam adalah cara judol menyusup ke kehidupan sehari-hari. Lewat gawai, media sosial, bahkan grup chatting, promosi judol bisa menyelinap tanpa batas. Anak sekolah, karyawan, hingga ibu rumah tangga bisa kena imbasnya. Apalagi saat ekonomi lesu, godaan makin terasa nyata.
Masalahnya, banyak orang tergoda karena dianggap gampang. Modal kuota dan ponsel, langsung bisa coba-coba. Saat menang, mereka merasa hebat. Tapi saat kalah, justru makin penasaran dan terjerumus makin dalam. Ini yang bikin siklus judol jadi seperti sumur tak berdasar.
Oleh karena itu, pengawasan di level rumah tangga juga harus diketatkan. Bukan soal melarang teknologi, tapi mengarahkannya ke hal yang positif. Orang tua, guru, dan tokoh masyarakat perlu paham cara kerja jebakan digital ini supaya bisa mengantisipasi lebih awal.
Pramono Dorong Teknologi Lawan Teknologi
Menariknya, Pramono tidak hanya meminta tindakan hukum, tapi juga ingin teknologi dilawan pakai teknologi. Artinya, perlu ada sistem pintar yang bisa mendeteksi, melacak, bahkan memblokir aktivitas judol secara otomatis. Nggak bisa cuma andalkan razia manual.
Beberapa negara sudah punya sistem seperti itu, dan hasilnya lumayan berhasil menurunkan angka pemain aktif. Indonesia, apalagi Jakarta, seharusnya bisa bergerak ke arah yang sama. Apalagi kita punya banyak anak muda jago IT yang siap bantu memberantas sistem ilegal ini.
Selain itu, kampanye digital dengan konten yang mendidik bisa jadi senjata ampuh. Ketimbang iklan judi berseliweran, lebih baik isi media sosial dengan informasi tentang risiko judol, cerita korban, dan edukasi finansial yang benar.
Kesimpulan
Jakarta yang dikenal sebagai pusat peradaban justru mencatatkan diri di posisi dua besar aktivitas judol. Fakta ini bikin miris sekaligus menyadarkan banyak pihak bahwa masalah ini sudah genting. Namun, lewat sikap tegas Pramono Anung dan seruan sapu bersihnya, ada harapan besar untuk perubahan.
Tak cukup hanya mengandalkan tindakan hukum, perlu gerakan kolektif dari berbagai lini. Edukasi harus diperkuat, teknologi harus diberdayakan, dan masyarakat harus diberi pemahaman soal bahaya yang mengintai. Jika semua pihak bersatu, bukan mustahil Jakarta bisa lepas dari cengkeraman judol dan kembali jadi contoh bagi daerah lain.